Thursday, October 25, 2007

CANDIREJO
PERJALANAN & PERSAHABATAN YANG INDAH


HARI PERTAMA

Dua orang wanita cantik (Herra & Nancy) dan seorang laki-laki ganteng (Mas Wawan) memulai perjalanannya dari Jakarta menuju Yogja. Sebuah kota, yang baru saja mulai bergeliat setelah dilanda gempa beberapa saat yang lalu. Tujuan dari perjalanan ini bukan semata-mata untuk berlibur, tetapi lebih tepatnya untuk memenuhi undangan dari sedulur kami, Namanya Iyan Maryanto (red. nama disamarkan/26). Kami biasa memanggilnya dengan sebutan Pak Mar/Pak Iyan/Mas Iyan atau Mas Lurah. Kalau kata temanku Nancy, apa alasan dia memanggil Mas Lurah?? karena belum ada Bu Lurahnya, jadi tidak pantas kalo dipanggil Pak Lurah.. Mau tau seperti apa rupanya beliau?????

Nih... lihat tampangnya Pak Mar sewaktu bergaya...... Hehehe... Lurah ABG....

Pak Iyan Maryanto

Menggunakan pesawat murah dari Jakarta, akhirnya kami tiba di Yogja. Dengan bonus wajah pucat pasi dan jantung yang seperti mau copot. Hanya karena pesawat yang kami tumpangi seperti tidak mau berhenti saat landing. Saking paniknya, saat itu Mas Wawan bisa melafazkan dengan fasih satu juz ayat-ayat suci Alquran.. Hehehe... senangnya bisa lihat teman insap... Selain kejadian tadi, ada lagi kejadian lain yang bikin semua orang satu pesawat panik. Bagian dalam atap pesawat hampir copot. Beruntung saat itu saya sempat mendokumentasikannya, seperti ini nih .. hiiii..... ngeri ya..

Whhuhh... tidak lagi-lagi deh dapat yang seperti itu..... mengerikan... Tapi Syukur Alhamdulillah akhirnya kami landing dengan selamat di Bandara Adi Sutjipto tepat pukul 15.00.

Sambil menunggu dijemput, kami memutuskan untuk makan siang di salah satu restoran di Bandara. Nama restorannya BAKSO & GUDEG. Kami memilih menu gudeg, rasanya pas-pasan tapi cukuplah untuk menjinakkan cacing yang sudah mulai ngamuk dari Jakarta. Sudah menunggu setengah jam lebih Patih Gajah Mada belum juga datang... Jangan-jangan kudanya mogok dijalan nih... Setelah bertelepon-teleponan akhirnya pukul 16.15 dateng juga Pak Mar menjemput kami. Tanpa basa-basi kami bertiga langsung masuk kedalam mobil dan langsung memaksa Pak Mar untuk menuju warung nasi bebek. Hehehe... maklum tadi makan gudegnya kurang sukses, jadi kami masih bersemangat untuk makan bebek yang konon katanya uenakkk itu. Kali ini acara makan bebek terhitung sukses, saking suksesnya sampai basah kuyup lantaran suambelnya itulohhhh... puedesss buangettttt.... whuuu... yummiii...

Saat itu pukul 17.00, dengan keringat bercucuran dan perut kenyang kami langsung diajak meneruskan perjalanan ke suatu daerah dimana Pak Mar mengabdikan dirinya menjadi Kepala Desa, nama Desanya Candirejo, terletak disekitar kawasan Borobudur, Magelang. Desa ini adalah desa wisata. Selain areal desa yang bersih, warganya juga sangat ramah. Desa ini bisa membuat siapa saja yang datang menjadi kerasan dan malas untuk pulang. Apalagi Pak Kadesnya masih muda, ganteng dan baik hati lagi... (jangan ge er ya Pak...)

Destination pertama, kami diajak kerumah Pak Carik (pake "g atau pake "k sih????), sambil bersilaturahmi dan berbincang-bincang kami disuguhi teh yang nikmatttt sekali. Setelah puas berbincang ngalor-ngidul, next destination kami langsung diajak ke rumah Pak Tatak, tempat dimana kami menginap malam itu.

Pak Tatak

Guest House Pak Tatak

Beberapa rumah di Desa Candirejo memang dijadikan Guest House untuk tamu-tamu asing maupun tamu domestik. Dasar kami memang tamu yang tidak tahu diri, malam itu kami tidak langsung tidur. Kami berhasil merayu Pak Mar mengantar kami makan malam. Maklumlah... orang Jakarta
itu lambungnya sampe betis, jadi tidak bisa tidur pulas kalau belum fulltenk. Dinner malam itu kami disuguhi miesego rebus... hmmm... yumiii... Berkat kolaborasi antara kenyang dan lelah akhirnya kami bisa tidur nyenyak dan pulasss... hzzz... hzzz....hzzz....

Suasana Desa Candirejo yang bersih dan asri




















































HARI KEDUA

Lantaran kaget dan takjub mendengar
suara adzan subuh yang unik dan beda, pagi itu saya langsung terbangun. Asseliii.... senandung adzannya benar-benar berbeda, agak fals sih tapi kok ya enak didengar... Kira-kira sekitar pukul 4.40 pagi saya mendengar suara sendal menggesek lantai, itu artinya sudah ada orang bangun. Ternyata ada si mbok pemilik rumah sedang mencuci piring di dapur. Belum hilang takjub dengan lantunan adzan, ditambah lagi keunikan baru yang bikin saya takjub, and you know what saudara-saudara ???? saya harus sholat diatas bale-bale... Wowww.... sempat terfikir ngeriii sekali harus sholat diatas bale-bale... kalau lagi sujud terus balenya ambruk gimana yaaa... hehehe.... Alhamdulillah sholat subuh diatas bale akhirnya berjalan lancar, sungguh solat subuh yang mengesankan dan tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup.

Berhubung mata sudah terlanjur melek dan tidak bisa lagi diajak tidur, saya memutuskan untuk menuju dapur. Ternyata didapur sudah ada Mba Wie dan Mbok (red. yg punya rumah) sedang memasak. Suasana dapurnya menyenangkan dan alami, masih menggunakan tungku sebagai alat masaknya... Dengan gaya sok bisa masak saya langsung menawarkan diri untuk membantu memasak. Hehehe... ternyata ekting saya meyakinkan, akhirnya Mba Wie memberikan saya pekerjaan perdana... mau tau apa??? memarut kelapa.... hahaha.... Ini sih gampang... saya bisa kalo hanya memarut kelapa... Setelah puas melihat hasil parutan saya, ternyata Mba Wie ingin menguji lagi kemampuan saya :-P di episode kedua ini, saya harus memarut kelapa lagi... tapi kali ini memakai tehnik parutan yang berbeda... Menurut Mba Wie, tehnik memarut kelapa yang ini berbeda agar mempercantik penampilan kudapan urap yang akan disajikan nanti. Hasil parutannya harus lebih panjang-panjang dan tehnik memarutnya pun khusus. Hahaha..... Hallaahhhh.... marut kelapa aja kok repot banget ya... sungguh pagi yang unik....





































Sekitar pukul 07.00, Nancy dan Mas Wawan bangun... mereka langsung bergabung bersama kami didapur, Mas Wawan terlihat santai sambil menikmati kopinya dan Nancy langsung ikut membantu kami memasak. Seperti kata Mba Wie gaya kami seperti londo-londo yang sedang mengikuti cooking class... Hehehe... londo katro...

Karena sudah merasa terlalu jago memasak, akhirnya saya m
enyudahi acara masak memasak. Saya lebih tertarik melihat dua anak kecil yang baru saja bangun tidur. Objek yang bagus untuk difoto nih.... Cihuyyy... pagi-pagi saya sudah dibuat horni untuk memotret. Dengan gaya sok seperti fotografer profesional, aksi saya merayu kedua anak ini berhasil, mereka mau difoto.... Walhasil terpenuhinlah hasrat terpendam saya setelah sekian lama ini... Cihuyyy saya motret lagi.... (red. jadi terharu)











































Setelah mandi kami disuguhi sarapan pagi yang nikmat luar biasa, apalagi makanan itu merupakan hasil masakan kami, walaupun cuma memarut kelapanya saja :-P Ditemani teh pahit hangat yang khas, kami melahap habis semua makanan yang ada, lagi-lagi urusan makan kami memang tidak ada duanya alias tidak punya urat malu. Disela-sela sarapan Pak Lurah Maryanto datang menjemput kami. Sesuai rencana awal, setelah sarapan kami akan berangkat ke Dieng.

Setelah mengemas seluruh barang kedalam mobil dan nyuwun pamit d
engan seluruh penghuni Guest House akhirnya perjalanan berlibur kami ke Dieng dimulai.

Dengan sejuta senyum dan canda kami memulai perjalanan, kali ini pesertanya bertambah, bukan cuma kami berempat, tetapi juga ada Pak Tatak dan Mas Didi (red. sahabatnya Pak Mar) ikut bersama kami ke Dieng. Perjalanan yang sangat menyenangkan.

Road to Dieng


Namun berhubung mata tidak bisa diajak diskusi lagi, akhirnya saya memilih tidur diawal perjalanan. Sialnya dalam perjalanan ini saya didampingi
oleh orang-orang iseng, saya malah tidak bisa tidur nyenyak, apalagi dengan kelakuan Pak Tatak yang selalu mengganggu dengan ilmu ikhlasnya itu. Hehehe.... lebih baik tidak tidur deh daripada ilmu ikhlasnya Pak Tatak menjadi tambah sakti. (red. "Itu sih Modus Pak bukan ilmu Ikhlas.....")
Ditambah lagi dengan k
esirikan Pak Supir alias Pak Mar yang mukanya sangat tidak ikhlas kalau lihat orang yg tidur dimobil, katanya: "Seperti bawa kayu aja.....". Selalu ada saja tingkah yang lucu-lucu yang membuat mata saya jadi malas terpejam.


The way to heaven


Tidak terasa sudah dua jam berlalu, saat itu sekitar pukul 12.00, perjalan menuju Dieng benar-benar indah. Melewati jalan berkelok dan menanjak, bukit hijau berhamparan luas, ada juga padang luas yang terlihat seperti padang savana (red. padang savana iku spt opo to yo???).


Hamparan padang yang indah


Nancy bilang, dia jadi teringat buku yang sedang dibacanya, seperti berada dialam dongeng Eragon dan Eldest, dimana terlihat jajaran bukit dan gunung-gunung dengan hamparan terasering sawah yang indah. Malah sempat-sempatnya dia bilang, "... Tuh Ra lihat... Sebentar lagi akan ada naga Eragon muncul dari belakang bukit itu tuh...." Wallaaahhhh Neng... kalau memang sampai muncul naga itu, bisa bikin kacau perjalanan kita deh... hahahaha.... Imajinasimu tinggi sekali teman... dasar Dream Tim alias Tim Pemimpi, ada-ada saja imajinasinya.

Bergaya turis lokal yang kampungan kami masuk ketempat objek wisata kawah di Dieng. Entah kawah apalah itu namanya. Berhubung masih dalam suasana lebaran, tempat itu masih dipenuhi oleh pengunjung yang berlibur. Melihat keindahan sekitar kawah, tanpa berfikir panjang lagi kami langsung berpose seperti fotomodel. Namanya juga model gadungan, jadi kacau deh hasil fotonya....


































































































Setelah puas
berfoto, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju objek lainnya. Kali ini kami menuju objek wisata Candi. Disinilah kami habis-habisan lagi berpose alias foto-foto. Ternyata penyakit narsis kami memang selalu kumat disaat-saat kami lapar :-P




































Puas rasanya bisa berfoto layaknya model sungguhan. Dengan senyum ceria dan hati gembira kami melanjutkan kembali perjalanan. Pukul 15.30 Saatnya untuk kembali ke Magelang, kali ini kami memilih rute yang berbeda dari perjalanan berangkat. Melewati hamparan kebun teh dan jalan yang berkelok-kelok dan akhirnya tiba di daerah Temanggung. Kami sempat mampir sebentar disana sekalian menjemput istri dan anaknya Pak Tatak. Sekitar pukul 18.40 akhirnya kami tiba di Desa Candirejo. Mau tau acara selanjutnya????

Pukul 21.00, setelah mandi dan istirahat sebentar, kami kembali bersiap-siap untuk menuju kota Yogja. Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya kami tiba di sebuah tempat yang namanya Happy Puppy... Yaaa... saatnya untuk konser. Disinilah kami melepas malam dengan bernyanyi dan sesekali melakukan paduan suara... Macam-macam gaya bernyanyi sudah kami lakukan, dari gaya santai, gaya berjoget, gaya tidur-tiduran hingga gaya suara banci jawa. Hanya saja ada satu gaya yang membuat saya heran... yaitu gaya Mas Kentus (red. M'Didi) yang sok cool, alias nyebelin. Heran deh... Kok ada ya orang yang bisa bertahan selama tiga jam diruang karaoke dengan gaya merenungnya, tanpa sedikitpun mengeluarkan suara apalagi bernyanyi. Memang selalu ada hikmah dibalik semuanya, saat itu saya menjadi sadar, bahwa ternyata hidup itu indah jika kita bisa menikmatinya dengan cara kita sendiri. Sama seperi Mas Kentus yang bisa menikmati suasana malam itu dengan caranya sendiri, dengan diamnya.

Setelah tiga jam puas bernyayi, dan di tutup dengan lagu kemesraan, akhirnya kami meninggalkan tempat karaoke. Rasanya ada yang belum lengkap kalo kami langsung kembali kerumah. Kami mampir dulu ke lesehan gudeg IBU KOTA. Acara makan tengah malam selesai, kami kembali ke Candirejo. Perjalanan hari kedua selesai dan malam itu kami tidur nyenyak di rumah kakaknya Pak Maryanto.


HARI KETIGA
Minggu, 21 Oktober 2007. Pukul 06.30. Pagi itu Nancy membangunkan saya untuk sama-sama melihat tayangan Melancong Yuk hasil produksinya (red. Nancy adalah salah satu Producer Program Melancong Yuk di SCTV). Setelah selesai, kami langsung mandi dan bersiap-siap untuk melanjutkan liburan kami. Rencana nya kami akan mengunjungi Candi Borobudur. Setelah sarapan pagi kami diantar Pak Mar ke Candi Borobudur. Sementara kami keliling candi, Pak Mar dan Mas Didi menghadiri acara reuni SMA mereka ditempat yang berbeda.


Pukul 11.00 Saya, Nancy, Mas Wawan dan Pak Tatak mengawali perjalanan keliling candi dengan menggunakan sepur. Dengan senyum penuh arti kami semua naik keatas sepur sambil saling mencela. Sempat saya memperhatikan Mas Wawan, saat itu dia terlihat begitu relax menikmati suasana. Dengan belaian semilir angin dan kepulan asap rokoknya, dia begitu terpesona memperhatikan bangunan candi yang begitu megah. Sempat saya terharu, saat melihat kebahagiaan pada wajah kedua sahabat saya. Mungkin mereka sendiri tidak menyadari bahwa mereka telah menunjukkan kepada saya betapa hidup itu indah, harus disyukuri dan dinikmati. Sungguh pembelajaran yang luar biasa. Terimakasih sahabat...

Setelah kurang lebih 20 menit diatas sepur akhirnya perjalanan berkeliling candi Borobudur selesai. Kami melanjutkan perjalanan menuju tempat pemutaran film tentang Candi Borobudur. Setelah menunggu sekitar lima menit akhirnya pemutaran film dimulai. Ruangan menjadi gelap dan suhu ruangan yang dingin membuat mata saya jadi mengantuk. Hehehe... sepertinya saya setengah tertidur menikmati film itu, karena disaat film tersebut berakhir saya merasa sudah berada dialam yang berbeda.

Pukul 11.30, setelah puas keliling di areal Candi Borobudur, kami memutuskan untuk makan siang. Menu yang kami pilih saat itu adalah Bakso. Hari itu matahari begitu terik dan cuaca terasa panas sekali, bakso rasanya makanan yang paling pas disaat-saat seperti itu. Setelah selasai menikmati bakso ampai ludes, kami memutuskan untuk kembali kerumah. Dengan diantar oleh dokar kami menuju rumah dan langsung beristirahat.

Pukul 16.00 Pak Mar dan Mas Didi kembali dari acara reuni. Saya, Nancy dan Mas Wawan sudah siap untuk berangkat ke Yogja. Kali ini kami benar-benar akan meninggalkan Candirejo. Berat rasanya, tapi sudah tidak bisa di diskusikan lagi, besok kami harus pulang dan kembali bekerja.

Sore hari itu kami diantar Pak Mar dan Didi ke Yogja, sebelum masuk ke hotel kami diantar ke Malioboro untuk mencari oleh-oleh untuk Mba Rosi dan kawan-kawan di Jakarta. Setelah puas berkeliling dan belanja di Malioboro kami langsung menuju rumah makan soto ceker. Suasana makan malam itu sungguh rileks dan menyenangkan, apalagi menu yang dihidangkan adalah soto ceker makanan favorit saya dan Nancy. Selesai makan kami langsung menuju ke Hotel Santika yang terletak di pusat kota Yogja. Suasana hotel yang begitu cozy dan sudah seperti rumah kami sendiri, membuat kami nyaman sekali malam itu. Saya jadi teringat beberapa waktu silam ketika menginap dihotel ini dalam waktu yang cukup lama, saat saya mendapat penugasan dari kantor, semua memori dan kenangan bersama tim live liputan6 sungguh membuat saya semakin rindu teman-teman dan pastinya saya menjadi sangat rindu Jakarta.

Pukul 21.00 kami berlima sudah segar kembali, karena kami sudah mandi dan sudah cukup bermalas-malas dikamar. Tapi karena semangat berlibur kami masih tinggi, kami memutuskan untuk melanjutkan obrolan kami di salah satu cafe tempat nongkrong Pak Mar dan Didi, yaitu Own Cafe. Suasana disana menyenangkan sekali, kami memilih duduk di sisi teras. Ditemani rintik hujan, malam itu kami sungguh bahagia. Gelak tawa dan suara canda kami berlima memenuhi seluruh ruang cafe. Kami tidak lagi perduli apakah orang lain mersa terganggu akan kehebohan kami. Obrolan mengalir dengan deras seperti hati kami yang mengalir dengan deras menikmati persahabatan ini.

Kami seakan melupakan waktu, tapi kami sadar waktu semakin menyiksa kami untuk kembali ke hotel. Sungguh, malam itu kami merasa sangat dekat dan seakan kami tidak ingin mengenal esok, karena esok kami harus berpisah, kami tidak mau dipisahkan waktu dan jarak. Ternyata kami begitu menikmati indahnya persahabatan. Persahabatan yang begitu simple dan sederhana. Persahabatan yang datang dari ketulusan.

Yaa... akhirnya kami menyudahi malam dengan bahagia. Malam itu kami benar-benar berpisah, dipisahkan oleh waktu dan jarak. Pak Mar dan Didi mengantar kami ke hotel dan setelah berpamitan mereka pulang ke Candirejo. Sedangkan kami bertiga menyisakan lelah kami di kamar hotel.

Begitu hari berganti dengan cepat, sama seperti cepatnya kami menikmati keindahan perjalanan dan persahabatan ini. Candirejo.... Perjalanan dan persahabatan yang indah.

(untuk sahabatku yang dipisahkan oleh jarak dan waktu, terimakasih atas kesederhanaan kalian)

1 comment:

Anonymous said...

thanks herra 2 B my friend....didi